Hari Ini, Dirjen PHU Lepas 419 Jamaah Umrah
January 8, 2022
AMPHURI Hanya Satu, AMPHURI Hasil Munas V Batu
January 10, 2022

AMPHURI Berbagi Pengalaman Umrah di Masa Pandemi

AMPHURI.ORG, JAKARTA–Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (DPP AMPHURI) Firman M Nur menegaskan, sejak Pemerintah Arab Saudi mencabut status suspend penerbangan Indonesia yang dibarengi dengan dibukanya kembali sistem visa umrah Indonesia, AMPHURI bersama lintas asosiasi dan Kementerian Agama (Kemenag) terus berkoordinasi menyambut penyelenggaraan umrah di masa pandemi. Di antaranya menginisiasi dan turut serta dalam keberangkatan Tim Advance Mitigasi Sistem Umrah pada 23 Desember 2021 lalu.  

“Keberangkatan tim ini bagian dari ikhtiar kita sebagai asosiasi penyelenggara umrah dalam rangka mempelajari langsung teknis dan setiap tahapan pelaksanaan umrah dengan segala aturan dan protokol kesehatan di tengah pandemi,” kata Ketua Umum AMPHURI Firman M Nur dalam sambutannya di webinar series ke tiga yang diselenggarakan AMPHURI pada, Sabtu (8/1/2022).

Firman mengatakan, AMPHURI sebagai asosiasi dan menjadi bagian dari Tim Advance, merasa perlu untuk memberangkatkan 84 pimpinan PPIU AMPHURI untuk melakukan uji coba umrah pada 30 dan 31 Desember 2021. Meskipun pada akhirnya langkah kami dinilai off side oleh Pemerintah. Namun perlu diketahui sejatinya semua itu dilakukan demi nama baik bangsa dan negara di mata dunia internasional, khususnya Saudi yang telah memberi kesempatan kepada Indonesia untuk berumrah kembali.

“Kami mengapresiasi kepada 84 pimpinan PPIU anggota AMPHURI yang mau berbagi waktu, tenaga dan biaya di tengah kesulitan untuk bergabung dalam tim uji coba umrah. Di mana dari tim uji coba ini tujuan untuk memberikan masukan kepada pemerintah bagaimana tata laksana umrah yang aman dan nyaman serta sesuai protokol kesehatan yang diberlakukan Saudi maupun Indonesia,” katanya.

Firman menegaskan, termasuk dalam kegiatan webinar seri ke tiga pada Sabtu (8/1/2022) ini merupakan bentuk kontribusi nyata AMPHURI untuk membantu pemerintah dalam sosialisasi dan edukasi kepada penyelenggara umrah maupun masyarakat muslim terkait umrah di masa pandemi. “Dan Alhamdulillah, pemerintah secara resmi pada hari ini Sabtu 8 Januari telah memberangkatkan jamaah umrah. Tentu ini semua hasil dari ikhtiar semua pihak,” katanya.

Jika di webinar dua seri sebelumnya, lanjut Firman, AMPHURI menghadirkan para lima Tim Advance Umrah yang semuanya laki-laki sebagai pembicara, maka di seri ke tiga ini pihaknya menampilkan pembicara dari kalangan wanita. Hal ini disesuaikan dengan tema webinar yakni Umrah Mudah bagi Muslimah di Masa Pandemi.

“Memang, sengaja AMPHURI menghadirkan narasumber dari kaum hawa, di mana mereka merupakan pimpinan PPIU tergabung dalam tim uji coba umrah kali ini, sehingga didapat gambaran seperti apa dan bagaimana umrah bagi jamaah muslimah,” katanya.

“Pastinya banyak catatan dari para penyelenggara umrah, khususnya ibu-ibu. Karena memang presentasi jamaah umrah didominasi wanita. AMPHURI berharap hadir memberikan edukasi kepada masyarakat melalui pengalaman kaum muslimah dalam menjalani umrah di masa pandemi, sesuai dengan persepsi wanita,” imbuh Firman.

Memang, dalam webinar yang dipandu oleh Wakil Bendahara Umum AMPHURI Ita Puspitawati itu menghadirkan enam pembicara diantaranya dr Erni Daryanti (PT Najah Hurrahman), Retno Anugerah Andriyani (PT Hajar Aswad Mubaroq), Hanni N Hanifah (PT Qoryatul Hayyat Wisata), Alfiah Ali Mustary (PT Alhamdi Global Wisata), Winarti Imam Bashori (PT Tisaga Multazam Utama) dan Mawar Wahyuningsih (PT Ebad Alrahman Wisata) yang semuanya masih berada di Tanah Suci Mekkah.

Pembicara pertama dr Erni Daryanti berbagi pengalaman selama di Madinah, khususnya saat beribadah di Masjid Nabawi. Meski pada awalnya kebingungan saat mau masuk Masjid Nabawi, karena terkendala aplikasi tawakkalna, namun bisa diatasi dengan gelang yang dibekali oleh muasasah. “Alhamdulilah saat memasuki raudhah, kami diberikan waktu 15-20 menit,” ujarnya.

Hal yang sama disampaikan oleh Mawar Wahyuningsih, bahwa jamaah cukup dengan menunjukkan gelang yang diberikan muasasah, jamaah diperbolehkan masuk masjid dan raudhah. “Di dalam masjid sendiri masih sepi, sehingga kita bisa menikmatinya nyaman, kecuali hari Kamis dan Jumat,” kata Mawar.

Sementara narasumber berikutnya Andriyani mengaku pengalaman yang dialami berbeda dengan pembicara sebelumnya, seperti dalam hal karantina di Madinah maupun saat memasuki Masjid Nabawi. Menurutnya, prosedur karantinanya setiap grup pasti berbeda tergantung pada muasasah dan hotel karantina. Begitu pula saat reservasi untuk masuk ke raudhah melalui aplikasi tawakkalna karena belum mendapat tashreh.

“Pada saat itu ikhtiar kami belum berhasil. Namun akhirnya setelah mendapat tashreh dari muasasah baru bisa, meskipun saat itu kami hanya bisa masuk sekali ke raudhah,” katanya.

“Alhamdulillah, sepertinya Saudi saat ini begitu memanjakan kaum muslimah untuk beribadah ke raudhah. Jadi kalau mau umrah dan berdoa dengan khusyu dan nikmat di raudhah, ayo deh berangkat umrah saat ini juga jangan ditunda-tunda,” imbuhnya.

Pembicara lainnya, Hanny Hanifah mengakui adanya kesulitan dalam melakukan sign up aplikasi tawakkalna, karena operator seluler dari Indonesia yang bisa menerima kode OTP pengaktifan aplikasi Tawakkalna baru Indosat, sementara yang lain belum bisa. Karena itu, ia menganjurkan agar jamaah menggunakan tersebut atau nomor Saudi.

“Memang pengalamannya setiap jamaah berbeda-beda, termasuk saya dan pembicara sebelumnya tadi.  Intinya, kami terus mencoba dengan berbagai cara, baik melalui aplikasi tawakkalna, gelang maupun tashreh,” ujarnya.

Selanjutnya Alfiah Ali Mustary menambahkan untuk memasuki masjid sangat bisa hanya dengan menujukkan gelang di pintu masuk.  Alfiah pun membenarkan bahwa setiap grup jamaah pasti akan mengalami pengalaman yang berbeda, termasuk yang dialaminya. “Yang jelas tawakkalna itu layaknya pengganti paspor, begitu pula gelang sebagai identitas kita selama di Tanah Suci. Memang dalam hal prokes Saudi ini ketat, namun dalam pelaksanaanya tidak menyulitkan,” katanya.

Sementara Wien Imam Bashori lebih menyoroti kesiapan jamaah untuk aplikasi tawakkalna dan tetap mengenakan gelang. “Sedangkan untuk para penyelenggara umrah, seperti kita ini agar lebih prepare lagi dalam hal dokumen, seperti tashreh sehingga bisa masuk,” ujarnya. (hay)

Leave a Reply