AMPHURI.ORG, BANDUNG—Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama (Kemenag) Hilman Latief menjadi pembicara pada Seminar Internasional Haji dan Umrah. Seminar ini mengusung tema Management Hajj and Umrah in Asia dan berlangsung di Kampus Universitas Islam Bandung (Unisba), pada Selasa (21/3/2023).
Dalam paparannya, Hilman Latief meminta para akademisi ikut berpartisipasi dalam merumuskan proyeksi biaya haji kedepan, agar 5,3 juta jamaah yang masuk dalam antrian itu bisa berangkat dan bagi Kemenag sendiri bisa mendapatkan masukan.
“Maka dari itu kami memeinta dan menantang akademisi khususnya di ekonomi syariah bisa ikut memikirkannya ideal Pembiayaan haji. Karena memang harus dikaji secara akademik sehingga kami dari Kemenag juga bisa mendapatkan masukkan,” kata Hilman.
Kemenag, kata dia, akan mempersiapkan konteks domestik ekonominya sehingga dana yang keluar dari Penyelenggaraan Haji itu bisa berdampak dan remblai dapat dirasakan manfaatnya untuk masyarakat. “Ini yang harus kita siapkan konteks domestik ekonominya, bagimana cash out kita dengan uang belasan triliun itu, apa dampaknya buat masyarakat, petani dan peternak kita,” tegasnya.
Dirinya mengakui, saat ini transformasi digital di Arab Saudi sangat luar biasa, jamaah haji harus bisa memegang perangkat berbasis digital (digital device). Industri perhajian (Hajj industries) akan menjadi pekerjaan rumah (PR) yang luar biasa buat Indonesia. Dalam 4 tahun terakhir Pemerintah Arab Saudi sudah mulai berubah tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang secara transformasi dan reformasi budaya tidak seketat dulu lagi.
Pemerintah Saudi kemudian ingin mencari banyak pemikiran-pemikiran baru dari pemangku kepentingan Penyelenggaraan haji dan umrah. “Nah yang ingin saya diskusikan saat ini bagaimana kita berbicara haji sebagai satu bentuk religious tourism and economic ecosystem,” ungkapnya.
“Sebagai contoh, Saudi kini menerapkan sistem biometrik yang menggunakan bio visa, agar seluruh layanan keimigrasiman, ketika jamaah haji datang di bandara langsung selesai dan tidak harus antri,” sambungnya.
Bahkan, lanjut dia, tahun ini seluruh petugas dan pembimbing jamaah haji harus melek teknologi karena seluruh pelaporan jamaah dan kloter akan seluruhnya berbasis digital.
Hilma mengingatkan, Penyelenggaraan haji merupakan sebuah event yang tidak mungkin akan habis hingga H-1 kiamat, maka dari itu, imajinasi dampak ekonomi penyelenggaraan haji kedepan harus dipikirkan karena akan banyak potensi dan tantangan dalam mengelola ekosistem haji ini.
Seminar ini menghadirkan beberapa pembicara dari berbagai negara-negara pengirim jamaah haji antara lain Dr. Fadwa Aly Elsayed Mohamed, Lc, MA (The Lecturer Of Islamic Studies and Arabic Language Al Azar University in Port Said, Egypt), Assoc. Prof. Dr. Mohd Afandi Bin Mat Rani (Dean of Academy Of Contempory Islamic Studies (ACIS) Malaysia), serta Penyelenggara Travel Haji dan Umrah Korea Selatan. (hay)