AMPHURI.ORG, JAKARTA–Ketua Umum Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah Republik Indonesia (AMPHURI), Firman M Nur menyebutkan kenaikan biaya haji disebabkan oleh kenaikan pajak yang mencapai 20 persen di Arab Saudi. Kenaikan pajak ini merupakan kalkulasi dari pajak domestik atau pajak dalam negeri.
“Selama dua tahun terjadi banyak perubahan di Arab Saudi. Kenaikan pajak yang sangat signifikan hingga pajak domestik. Jadi hampir 20 persen. Ini yang menyebabkan kenaikan biaya yang cukup signifikan,” terang Firman dalam diskusi daring yang digelar Forum Merdeka Barat 9 bertema “Dana Amanah, Haji Mabrur” Selasa (31/5/22).
Firman menuturkan, Saudi juga mengalami inflasi yang cukup tinggi selama dua tahun terakhir. Hal ini menyebabkan harga bahan kebutuhan pokok meningkat tajam. Inflasi ini, terangnya, menyebabkan standar pelayanan di Amina meningkat drastis dan signifikan. Untuk itu, Firman mengatakan, pemerintah Indonesia harus membayar selisih angka Rp 1,5 triliun agar penyelenggaraan ibadah haji tahun ini tetap berjalan.
“Jadi ada selisih angka Rp 1,5 triliun yang harus bisa dipenuhi oleh pemerintah Indonesia untuk bisa menyelenggarakan ibadah haji tahun ini. Ini baru biaya haji reguler, belum haji khusus,” bebernya.
Kabar baiknya, kata Firman, adalah kenaikan biaya penyelenggaraan haji ini tidak dibebankan kepada para bagi calon jamaah haji. Kendati demikian, Firman menyampaikan bahwa ini menjadi keprihatinan bersama seluruh stakeholder.
“Ini memang jadi keprihatinan kita bersama. Kita berharap ini perlu diketahui oleh seluruh calon jamaah. Bahwa dari Rp 81 juta, masyarakat hanya membayar sekitar Rp 39 juta. Karena ada dana dari virtual akunnya, maka mereka tidak perlu membayar apa-apa,” jelasnya.
Waspadai musim panas
Firman mengimbau kepada para jamaah haji untuk mewaspadai cuaca panas ekstrem di Saudi. Disebutkan, suhu dapat mencapai 40-an derajat celcius. “Ketahuilah, pelaksanaan haji saat ini di masa puncak musim panas. Kondisi saat ini 40, 41, hingga 45 derajat,” ujar Firman.
Firman mengatakan, pada pelaksanaan wukuf saat Hari Arafah di bulan Juli mendatang dapat lebih parah. Di mana, suhu bisa menyentuh di angka 50 derajat celcius.
“Tiga hingga 4 minggu ke depan atau puncaknya saat di Arafah bisa 45 sampai 50 derajat,” jelasnya.
Oleh karena itu, dirinya meminta jamaah untuk menjaga stamina dan keadaan fisik. Dengan demikian, para jamaah bisa dengan maksimal menunaikan rukun Islam ke-5 tersebut.
“Perlu diperhatikan para jamaah untuk menjaga fisik dan menjaga stamina, agar bisa melakukan semua tahapan haji dengan maksimal,” katanya.
Setelah dua tahun membatasi jumlah jamaah yang melaksanakan ibadah haji, pada tahun ini, pemerintah Arab Saudi kembali membuka pintunya bagi jamaah calon haji dari seluruh dunia.
Tahun 2022 ini, Indonesia cukup beruntung mendapatkan kuota sebesar 100.051 orang. Kuota ini terdiri atas 92.825 haji regular dan 7.226 haji khusus. (hay)