AMPHURI.ORG, JAKARTA–Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Arfi Hatim mengatakan Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU) harus memprioritaskan keberangkatan jamaah umrah yang tertunda keberangkatannya karena terdampak kebijakan penutupan akses sementara ke Arab Saudi yang dikeluarkan pada 27 Februari 2020. Mereka yang terdampak, sebagian karena tertunda keberangkatan pada hari itu, sebagian lagi harus kembali saat transit di negara ketiga.
Kesepakatan ini dihasilkan dalam rapat koordinasi lanjutan untuk membahas teknis penanganan jamaah umrah yang tertunda keberangkatannya. Rapat yang berlangsung pada Kamis, 12 Maret di Kemenko PMK ini merupakan kelanjutan dari rakor sebelumnya di Kementerian Agama, 28 Februari lalu.
Arfi menjelaskan, rapat dipimpin Asisten Deputi Pembinaan Umat Beragama, Pendidikan Agama dan Keagamaan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dan dirinya selaku Direktur Bina Umrah dan Haji Khusus Kemenag. Hadir, perwakilan dari empat Kementerian (Kemenhub, Kemenlu, Kemenkes, Kemenkum HAM), lima asosiasi PPIU/PIHK, maskapai penerbangan, dan asoisiasi asuransi perjalanan ibadah umrah.
“Jamaah yang terdampak penundaan keberangkatan agar diberangkatkan pada kesempatan pertama saat dibukanya kembali akses masuk ke Saudi untuk ibadah umrah atau ziarah,” tegas Arfi di Jakarta, Jumat (13/3/2020), seperti dilansir laman resmi kemenag.go.di.
“Kebijakan prioritas keberangkatan pertama ini tidak berlaku bagi paket Ramadhan dan periode 15 – 31 Desember 2020,” katanya.
Menurutnya, rakor lintas K/L dan pihak terkait juga membahas kebijakan dan mekanisme penjadwalan ulang, serta refund tiket penerbangan. Mekanisme penjadwalan ulang akan diatur kemudian antara maskapai penerbangan dan PPIU.
“Rapat juga menyepakati kewajiban asuransi untuk merevisi masa pertanggungan jamaah umrah,” tandasnya.
Sementara, Kasubdit Pengawasan Umrah Noer Aliya Fitra mengatakan, kebijakan Saudi untuk menutup akses sementara masuk ke negaranya berdampak pada tertundanya keberangkatan jemaah. Saat ini, tercatat ada 2.393 jamaah Indonesia yang tertunda keberangkatan akibat kebijakan yang diterbitkan mendadak pada 27 Februari 2020. Mereka berasal dari 75 Penyelenggara Perjalanan Ibadah Umrah (PPIU), yang diangkut oleh delapan maskapai penerbangan.
Di luar itu, kata pria yang akrab disapa Nafit ini, tercatat ada 1.685 jamaah sempat tertahan di negara ketiga pada saat transit dan telah dipulangkan kembali ke tanah air. “Sedangkan jamaah yang sudah terdata lunas biaya penyelenggaraan ibadah umrah di Siskopatuh per tanggal 4 Maret 2020 sebanyak 32.994 jamaah,” ujar Nafit.
“Mereka awalnya terjadwal akan diberangkatkan dalam rentang 28 Februari sampai 31 Mei 2020,” sambungnya.
Menurut Nafit, jika jamaah tersebut akan diberangkatkan secara bersamaan atau simultan, maka harus disediakan extra flight (setelah diterbitkan slot time dari Pemerintah Arab Saudi). “Semua jamaah diberangkatkan tanpa ada biaya tambahan,” ungkapnya. (hay)