AMPHURI.ORG, JAKARTA—Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan melakukan analisis ihwal tingginya angka kematian jamaah haji tahun ini. Analisis ini dilakukan sebagai evaluasi penyelenggaraan kesehatan haji tahun ini dan untuk perbaikan tahun depan.
Kepala Subag Program dan Informasi yang juga penanggungjawab Siskohatkes Puskeshaji Kemenkes, Melzan Dharmayuli, mengungkapkan bahwa jamaah haji wafat sampai hari ke-66 berjumlah 436 orang. Angka tersebut, kata dia, sedikit lebih tinggi dibandingkan angka kematian di hari yang sama pada 2018.
“Karena dipicu adanya faktor kelelahan, infeksi, alergi, dan kambuhnya penyakit (exacerbation) yang diderita jamaah haji,” kata Melzan dalam keterangan resmiya di Jakarta, Selasa (10/9/2019) seperti dikutip Republika.co.id.
“Sebanyak 81 persen jamaah haji wafat memiliki status kesehatan dengan risiko tinggi (risti),” imbuhnya.
Melzan mengatakan, penyebab kematian terbanyak karena penyakit jantung, stroke, dan saluran pernafasan. Dia merincikan, sebanyak 210 jamaah haji wafat atau 48 persen disebabkan karena penyakit jantung dan stroke. Sedangkan 112 orang atau 26 persen meninggal karena penyakit saluran nafas.
Selain itu, kata Melzan, usia terbanyak jamaah haji wafat adalah di atas 60 tahun sebanyak 352 orang atau 81 persen dari 436 jamaah haji yang wafat. Yang menjadi perhatian dalam hal ini adalah jamaah yang meninggal di atas usia 70 tahun berjumlah 196 orang atau 45 persen.
“Angka ini mendominasi dari seluruh jamaah haji yang wafat. Kemungkinan ada hubungannya dengan penambahan kuota sebanyak 10 ribu orang yang memprioritaskan usia di atas 70 tahun,” katanya.
Dalam data juga menunjukan, sebanyak 265 jamaah wafat atau 61 persen dari total jamaah haji yang wafat berasal dari jamaah haji yang dikoordinasikan oleh kelompok bimbingan ibadah haji (KBIH). Dari jumlah tersebut penting menjadi perhatian KBIH untuk berperan aktif memberikan penyuluhan kesehatan haji.
“Hal ini penting untuk menjadi perhatian agar KBIH dapat berperan aktif dalam memberikan penyuluhan kesehatan atau dakwah kesehatan haji kepada jamaahnya,” katanya.
Melzan menambahkan, sebanyak 334 jamaah wafat di Rumah Sakit Arab Saudi (RSAS) atau 77 persen dari jumlah total jamaah wafat. Jamaah haji yang wafat di RSAS adalah jamaah haji yang dirujuk tim kesehatan dalam kondisi penyakit yang perlu penangan khusus.
Sebanyak 84 jamaah wafat di pondokan, angka ini, kata Melzan, lebih tinggi jika dibandingkan tahun lalu. Dari 84 jamaah haji wafat dipondokan sebanyak 53 orang di antaranya wafat secara mendadak di pondokan, yang disebabkan penyakit jantung dan stroke. “Sisanya meninggal karena penyakit saluran nafas, endokrin metabolik dan infeksi,” jelasnya.
Lebih lanjut Melzan mengatakan, kematian jamaah haji meningkat pada pasca-Armina. Sesuai data yang diperoleh, jumlah kematian pasca-Armina dua kali lipat dari jumlah kematian pra-Armina. Meningkatnya jumlah kematian pasca-Armina, ada hubungannya dengan kegiatan puncak ibadah haji yang menghabiskan tenaga dan terpapar dengan cuaca yang cukup ekstrem.
“Setelah Armina, umumnya jamaah haji tetap melakukan aktifitas yang menguras tenaga tanpa memperhatikan istirahat,” katanya. (hay)